Rabu, 05-11-2008 |
Lagi, Ada 3 Bocah Gizi Buruk |
DI saat Pemprov Sulsel dan para wakil rakyat kita sukses menyepakati pembelian mobil mewah untuk tunggangan pejabat negara jika berkunjung ke Sulsel, tiga bocah berjuang menyelamatkan hidupnya di Rumah Sakit Labuangbaji. Ketiga bocah ini didiagnosa mengidap penyakit gizi buruk. Gizi buruk artinya kurang asupan makanan bergizi. |
Artinya lagi orangtua mereka tidak punya cukup duit untuk mencukupi kebutuhan gizi anaknya. Andai duit sebesar Rp 1,4 miliar itu dipakai untuk menangani kasus gizi buruk, sangat besar kemungkinan nasib ketiga bocah tidak berakhir tragis seperti yang dialami Dea Adelia, balita usia dua tahun, yang meninggal karena kekurangan gizi. Andai saja.... Belum Tahu Ketiga bocah malang itu sedang dirawat intensif di Rumah Sakit (RS) Labuang Baji, Jl Dr Ratulangi, Makassar, Selasa (4/11). Tiga bocah yang berdomisili di Makassar ini di antaranya anak pasangan Agus dan Manta warga Pulau Lumulumu, Hendrik (2), Zainal (4) yang tinggal di Jl Sungai Walanae, serta warga Jl Pampang IV, Sarginah (4). Ketiganya dirawat di kamar berbeda di ruang perawatan anak RS Labuang Baji. Hendrik dirawat di kamar lima, sedangkan Zainal dan Sarginah berada dalam satu bangsal di kamar paling belakang ruang perawatan. Indikasi gizi buruk yang dialami ketiga pasien di bawah usia lima tahun tersebut diperkuat keterangan keluarga maupun sejumlah perawat yang ditemui di ruang perawatan anak RS Labuangbaji. Dikonfirmasi terpisah Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Andi Naisyah Tun Nurainah Azikin mengaku belum menerima laporan mengenai warganya yang sementara dirawat terkait kasus gizi buruk. "Siapa-siapa namanya, di rumah sakit mana," tanya Naisyah. "Nanti kita konfirmasikan ke petugas karena sampai saat ini kami belum menerima laporan," lanjutnya. Kurus Berdasarkan pantauan Tribun, kemarin, kondisi ketiga pasien ini masih tergolek lemas. Di tangan Zainal dan Sarginah masih tertancap jarum infus yang mensuplai makanan ke tubuh keduanya. Kondisi serupa juga masih dialami Hendrik. Dari ciri-ciri fisik bobot ketiganya tampak kurus. Bobot badan Sarginah, misalnya, hanya mencapai delapan kilogram (kg), sama dengan bobot Hendrik yang berusia dua tahun lebih mudah. Padahal idealnya anak sebaya Hendrik memiliki bobot badan berkisar 11 kg. Selain itu, bibir ketiganya juga tampak kering dan pecah-pecah. Baik Sarginah maupun Hendrik sudah dirawat selama satu pekan di RS Labuang Baji. "Satu minggu belakangan ini sudah dirawat di RS ini. Sebelumnya, cucu saya dirawat di RS Luramay. Namun, karena kehabisan biaya saya pindah di Labuangbaji," tutur nenek korban, Sania, yang menunggui cucunya tersebut. Sedangkan ayah korban Randi yang selama ini bekerja serabutan sedang tidak berada di tempat. Menurut Sania, cucunya memang mengalami kendala kekurangan asupan gizi karena selalu menolak bahkan muntah jika mengonsumsi susu. "Selama ini masalah makanan tidak ada hanya memang anaknya malas makan. Selama ini bobot dan kondisi kesehatannya juga tampak normal. Hanya sejak Agustus lalu berat badannya terus saja menurun. Ini yang kami herankan dan akhirnya dia dinyatakan kena gizi buruk," tambah warga Jl Pampang ini. Sania menambahkan berbekal kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk (KTP) ia mendapatkan fasilitas perawatan rawat inap kelas tiga di RS tersebut secara gratis. Sarginah selama ini dibesarkan ayah dan neneknya pascakematian ibunya saat masih berusia dua tahun. Hal senada dikatakan orangtua Hendrik. Akses kesehatan ke wilayah kepulauan juga memaksa Agus dan Manta memboyong anaknya ke RS Labuangbaji. Ia juga mengaku minim pengetahuan tentang gizi buruk. "Sebelum masuk rumah sakit, anak saya tidak mau makan selama 14 hari dan hanya minum terus. Selama ini memang Hendrik malas makan dan lebih sering jajan. Tidak ada masalah cuman batuk dan demam saja," tutur Manta ibu korban didampingi suaminya Agus yang berprofesi sebagai nelayan. Sedangkan pihak keluarga Zainal memilih tutup mulut terkait kasus gizi buruk yang menimpa bocah empat tahun ini. "Maaf kali ini kami tidak bisa diwawancara. Lain kali saja," tutur seorang pria yang tampak memangku Zainal. Bantah Sebelumnya, Dea Adelia (2) warga Monumen Emmy Saelan menghembuskan nafas terakhirnya di RS Labuang Baji, Makassar, sekitar pukul 07.00 Wita karena indikasi gizi buruk, Sabtu (01/11) lalu. Dea sempat dirawat selama dua hari di RS Labuang Baji. Menurut Nurfadilah (20) ibu korban bahwa anaknya saat terlahir dalam keadaan sehat walafiat. Namun, belakangan bocah tersebut mengalami berbagai macam penyakit seperti mencret, dan batuk-batuk. Nur Fadilahpun akhirnya membawa anak perempuannya tersebut ke Puskesmas Mangasa. Dea juga sempat mendapatkan perawatan intensif dari Puskesmas Kassi-kassi selama 90 hari. Sekitar satu minggu pasca Idul Fitri, Dea kembali mengalami gejala yang sama, bahkan anak ini banyak mengeluarkan cacing dari mulut, hidung dan telinganya. Namun ketika kondisi anak tersebut semakin memburuk, Herman (23) yang sehari-harinya bekerja sebagai sopir angkutan kota dengan jurusan IKIP dan perumnas, kemudian melarikan anak ke RS Labuangbaji, Kamis malam (30/10). Nur juga mengaku akibat tidak memiliki biaya ia terpaksa menitipkan cincin emas seberat 3,5 gram sebagai jaminan di RS Labuangbaji. Namun, pihak RS Labuangbaji membantah jika mempersulit orangtua Dea untuk mendapatkan akses kesehatan gratis untuk pasien pelayanan kelas tiga. "Ini yang perlu kami luruskan bahwa kita tidak pernah mempersulit orangtua korban. Ia memang terdaftar sebagai pasien umum karena tidak memiliki kartu keluarga maupun KTP. Pada saat masuk ia juga kita sudah minta untuk mengurus keterangan di kelurahan tetapi terus ditunda malah minta untuk membayar sendiri," kata salah satu petugas jaga di ruang perawatan anak sambil memperlihatkan dokumen rawat inap Dea. Petugas yang enggan disebutkan namanya tersebut mengaku pihaknya terpaksa meminta orangtua Dea untuk menyimpan jaminan sambil menunggu kelengkapan surat-suratnya rampung. Tribun Timur, Selalu yang Pertama Ada peristiwa menarik? SMS www.tribun-timur.com di 081.625.2233 email: tribuntimurcom@yahoo.com Hotline SMS untuk berlangganan koran Tribun Timur, Makassar (edisi cetak) : 081.625.2266. Telepon: 0411 (8115555) (axa) |
--
Tribun Timur,
Surat Kabar Terbesar di Makassar
http://www.tribun-timur.com
FORUM DISKUSI PEMBACA TRIBUN TIMUR
tribun.freeforums.org
Usefull Links:
http://jurnalisme-makassar.blogspot.com
http://jurnalisme-tv.blogspot.com
http://jurnalisme-radio.blogspot.com
http://jurnalisme-blog.blogspot.com
http://makassar-updating.blogspot.com
http://makassar-bugis.blogspot.com
No comments:
Post a Comment